Thursday, November 19, 2009

Kentang, Telur atau Biji Kopi?

Suatu hari, seorang anak perempuan mengeluh kepada ayahnya karena hidupnya sengsara dan dia tidak yakin apakah bisa melaluina. Dia lelah bertahan dan terus berjuang. Satu masalah selesai, muncul masalah yang lain. Ayahnya, seorang juru masak, memperlihatkan kepadanya tiga panci berisi air, lalu merebusnya. Begitu mendidih, dia memasukkan kentang di panci ke-1, telur di panci ke-2 dan biji kopi di panci ke-3. Kemudian ia duduk dan memanaskan kembali panci itu, tanpa mengatakan apapun kepada anaknya. Setelah 20 menit, kompor dimatikan. Ia mengambil kentang dan telur lalu meletakkan keduanya di dalam mangkuk dan kopi di dalam cangkir. Ia bertanya pada anaknya, “Anakku, apa yang kamu lihat?“ “Kentang, telur dan kopi,” jawabnya. “Perhatikan dan peganglah kentangnya.” Anaknya memegang kentang itu dan mendapatinya telah melunak. Kemudian ayahnya meminta dia untuk memecahkan telurnya. Setelah mengupas kulit telur, dia melihat sebutir telur rebus. Terakhir, dia meminta anaknya untuk minum kopi. Aromanya yang sedap membuat dia tersenyum. Anaknya bertanya, “Apa arti semua itu?” Ayahnya lalu menjelaskan bahwa ketiga benda itu menghadapi satu situasi ang sama yaitu air yang mendidih, tetapi masing-masing memiliki reaksi yang berbeda. Kentang pada awalnya keras, tetapi setelah direbus menjadi lunak. Telur awalnya mudah pecah, sehingga memerlukan kulit yang keras untuk melindungi bagian ang cair di dalamnya. Akhirnya, setelah direbus, isinya justru menjadi keras. Tetapi, biji kopi adalah yang paling unik. Setelah direbus, malah mengubah air menjadi kopi dan menebarkan aroma yang sedap. “Ketika kesengsaraan datang, bagaimana responmu? Apakah kamu sebuah kentang, sebutir telur atau biji kopi?”

Banyak hal bisa terjadi di sekitar kita; ada pengaturan Tuhan, ada pula serangan Iblis. Tetapi yang terpenting adalah respon batinmu. Apakah kamu putus asa akibat ujian itu, sehingga kamu menjadi “lembek”? Ataukah kamu mengeraskan hatimu dan menyalahkan Tuhan? Kita tidak seharusnya memiliki kedua sikap ini. Belajarlah untuk datang kepada Tuhan ketika kamu menghadapi kesulitan apapun. Biarkan Tuhan memimpinmu. Asal kamu bersandar Tuhan, maka situasi yang semula merugikan justru bisa menjadi berkat untukmu. Memang ada dukacita, karena ada bagian dari diri kita yang terluka. Tetapi, justru melalui keadaan itulah, kamu bisa mengalirkan aroma Kristus.

No comments:

Post a Comment