Tuesday, December 15, 2009

Menantang Badai

Badai merupakan fenomena alam yang menakutkan. Badai ditandai dengan kilat, petir, hujan lebat dan angin topan yang membawa serta gumpalan debu ataupun benda-benda lainnya yang tersapu olehnya. Yang lebih menakutkan lagi adalah kenyataan bahwa datangnya badai dan ke arah mana badai itu akan melanda sulit diperkirakan, bahkan oleh alat-alat meteorologi yang tercanggih sekalipun. Itu sebabnya, manusia jarang bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi badai. Cara yang paling lazim dijumpai adalah melarikan diri atau bersembunyi dari badai.

Demikian pula halnya dengan badai hidup yang kita hadapi dalam bentuk penyakit, kejadian tragis atau kegagalan dalam kehidupan kita. Badai hidup dapat menerpa siapa pun, di mana pun dan kapan pun, tanpa diawali oleh peringatan terlebih dahulu. Bagaimana kita menghadapi badai itu? Kita perlu belajar dari si "burung badai" - Elang!

Tahukah kalian bahwa Elang memiliki naluri yang kuat untuk mengetahui bahwa badai akan tiba? Lalu, apakah yang dilakukan oleh Elang? Dia akan terbang ke tempat yang tinggi dan menunggu datangnya badai. Ketika badai menerpanya, Elang akan mengembangkan sayapnya sehingga angin membawanya terbang ke atas dan terus keatas sampai melampaui badai! Sewaktu badai mengamuk di bawah, Elang justru terbang membubung tinggi di atas badai! Elang tidak melarikan diri dari badai; berbeda dengan burung-burung lainnya yang bersembunyi di bawah dedaunan atau ranting-ranting pohon. Badai merupakan sarana bagi Elang untuk mengangkatnya ke posisi yang lebih tinggi.

Kita tak dapat menolak datangnya badai dalam kehidupan kita. Namun sama seperti Elang yang tidak membiarkan dirinya terhempas oleh badai, demikian pula kita tidak seharusnya jatuh karena rintangan hidup yang kita hadapi. Sebaliknya, masa yang sulit itu menjadi kesempatan bagi kita untuk mengaktifkan iman kita, izinkan kuat kuasa Allah mengangkat kita melampauinya. Allah sanggup membawa kita melewati semua itu. Bahkan melalui kesulitan itu, kehidupan rohani kita dibawa naik ke tingkat yang lebih tinggi. Masalahnya, bagaimana sikap kita ketika menghadapi badai, apakah kita bersikap sebagai burung Elang atau burung lainnya?

tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya.. (Yesaya 40:31 )

No comments:

Post a Comment